Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mengatakan partisipasi pendidikan di Indonesia masih rendah. Diakuinya sudah ada perbaikan namun masih menyisakan masalah. Wanita yang akrab disapa Rerie ini mengungkapkan, dunia pendidikan belum memaksimalkan arti penting dan pemahaman pendidikan dan budaya.

Hal itu disampaikannya dalam ‘Diskusi Empat Pilar MPR’ yang digelar
Senin (3/5) di Media Center, Gedung Nusantara I, Senayan, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. Acara ini sekaligus mengakui Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional.
Ia juga mengatakan bahwa masalah sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) terutama masalah jaringan internet. Masalah jangkauan internet, kata Rerie, terjadi di daerah terpencil.
Baca juga:
Ketua MPR memuji pengetatan Korlantas Polri terkait larangan mudik
“Akses internet mudah di kota-kota besar, jadi masalahnya kalau sekolah di pelosok,” kata Rerie dalam keterangannya, Selasa (4 Mei 2021).
Rerie mengatakan pandemi juga memaksa sekitar 60 juta siswa belajar
di rumah. Namun sayangnya, tidak semua siswa idealnya bisa belajar melalui PJJ. Ia khawatir akan ada masalah baru yang disebutnya “lost learning”. Jika siswa tidak pergi ke sekolah untuk waktu yang lama, ini dapat memiliki konsekuensi psikologis.
“Pemerintah harus memperhatikan itu,” katanya.
Ia juga mengatakan pemerintah tidak mampu menerapkan ekosistem pembelajaran yang ideal di masa pandemi. “Masih banyak masyarakat yang belum mendapat kesempatan untuk belajar,” ujarnya.
Munculnya “learning lost” juga diakui oleh anggota MPR dari Fraksi PKB,
Syaiful Huda, yang juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut. Syaiful mengutip beberapa jajak pendapat yang menyebutkan PJJ berjalan efektif.
Namun, hal ini berbanding terbalik dengan kunjungan kerjanya ke berbagai daerah dan dialog dengan kepala sekolah. Dalam kunjungan itu, ia mengungkapkan bahwa PJJ hanya efektif 30 persen.
“Kami memahami rendahnya efektifitas PJJ karena guru dan siswa masih beradaptasi dengan teknologi,” kata Syaiful.
Ia berharap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dapat memanfaatkan kondisi yang ada sebagai pendorong kemajuan.
“Misalnya dengan menerapkan pendidikan berbasis media digital,” jelasnya.
Baca juga:
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ikuti program belajar gratis Kemendikbudristek
Terkait “lost learning”, pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, dunia pendidikan di Indonesia sebenarnya telah mengalami “lost learning” selama 20 tahun. Ini menggunakan data dari media dan data eksternal.
“Misalnya, siswa di Indonesia memiliki kemampuan matematika yang buruk,” kata Indra.
Indra mengatakan, pendidikan di negeri ini seharusnya sudah berbasis digital.
“Karena arah pendidikan masa depan ada di sana,” pungkasnya.
Baca juga :
nac.co.id
futsalin.id
evitdermaclinic.id
kabarsultengbangkit.id
journal-litbang-rekarta.co.id
jadwalxxi.id
gramatic.id
tementravel.id
cinemags.id
streamingdrama.id
snapcard.id
katakan.id
cpdev.id